Kamis, 10 Januari 2008

lanjutan MBS...PAKEM????

Bila proses-proses di atas sudah diikuti dengan baik, dan berjalan secara efektif kita seharusnya dapat melihat situasi pengajaran dan pelajaran yang lebih baik, tetapi bila kita tidak mulai menghadapi hal cara siswa kita belajar, dan apa yang mereka pelajari keuntungan mungkin tidak dapat dilihat dari hasil karya mereka (outcomes). Yang pertama, apa maksud kami "apa yang mereka pelajari". Maksud kami bukan kurikulum, kurikulumnya tidak akan diubah. Yang kami maksud adalah mereka perlu mulai belajar mengenai cara mereka belajar (learning how to learn), cara belajar secara penemuan (discovery), secara kreatif, analisa, dan kritis, supaya mereka dapat menjadi pelajar selama hidup (life-long learners) yang efektif.
Bacaan tertarik: Untuk apa pendidikan?

Yang kedua, "cara siswa kita belajar", apa itu PAKEM (Contextual Learning)?
"A conception that helps teachers relate subject matter content to real world situations and motivates students to make connections between knowledge and its applications to their lives as family members, citizens, and workers." (BEST, 2001).
Satu konsep yang membantu guru-guru menghubungkan isinya mata pelajaran dengan situasi keadaan di dunia (real world) dan memotivasikan siswa/i untuk lebih paham hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya kepada hidup mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan karyawan-karyawan.

PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Fokus PAKEM adalah pada kegiatan siswa di dalam bentuk group, individu, dan kelas, partisipasi di dalam proyek, penelitian, penelidikan, penemuan, dan beberapa macan strategi yang hanya dibatas dari imaginasi guru.

Phillip Rekdale (Jakarta, November 2005)

Website ini sebagai percobaan untuk menggunakan teknologi yang dapat membantu sosialisasi prinsip-prinsip MBS. Kami akan berusaha untuk memasang informasi yang praktis dan baru dari lapangan mengenai perkembangan sekolah. Tetapi, yang sangat penting untuk sekolah di lapangan adalah informasi, khusus contoh-contoh perkembangan yang langsung dari lapangan. Sekolah-sekolah yang sudah mengimplementasikan program sejenis MBS (berdasar lingkungan sekolah) Mohon mengirim informasi mengenai perkembangan anda ke School-Development.Com supaya informasi anda dapat membantu sekolah lain.

MBS apaan sih????

Sebelum desentralisasi, beberapa sekolah di Indonesia sudah melaksanakan proses Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) secara mandiri dan mereka mampu mengatasi banyak masalah-masalah yang berkaitan dengan pengembangan sekolah secara internal. Sekolah-sekolah ini, sebagian yang didaftar (sebelah kiri), disebut sebagai pelopor, dan perkembangannya sebenarnya cukup hebat. Kepala sekolah juga termasuk berani kalau kita melihat keadaan lingkungan dan paradigma sistem manajemen pendidikan saat itu.

Sekarang, di beberapa propinsi di Indonesia kami mulai dapat melihat kemampuan sebenarnya dari MBS karena dukungan yang diberikan dari Pemerintah Daerah dan Dinas Pendidikan. Transformasi yang dilaksanakan luar biasa. Proses MBS tidak dapat disebut baru di Indonesia, tetapi pelaksanaan sekarang dibuktikan dapat mengubah kebudayaan dan sistem supaya pengembangannya menjadi efektif dan "sustainable".

Apa yang membuat implementasi sekarang menjadi efektif?
Dasarnya adalah - Manajemen implementasi yang bagus. Seperti semua inisiatif yang lain, manajemen yang bagus adalah kunci untuk implementasi yang afektif. Bila perubahan sistemik dilaksanakan tanpa perubahan kebudayaan organisasi, implementasinya sering gagal dan kembali ke keadaan sebelumnya, seperti kita sudah melihat dulu setelah kepala sekolah yang mendorong prosesnya dipindahkan ke sekolah yang lain.

Untuk implementasi yang bagus semua stakeholder harus sangat mengerti peran mereka masing-masing. Sesuai dengan etos MBS peran mereka tidak dapat dipastikan dari awal secara hitam di atas putih, mereka perlu, secara proses terbuka, mendiskusikan dan menukar pikiran supaya peran mereka yang paling mendukung guru di lapangan dan proses belajar-mengajar secara maksimal dapat ditentukan. Di dalam program baru, tidak ada peserta (stakeholder) yang dianggap superior, semua stakeholder walau mereka adalah Dewan Pendidikan, guru baru, atau orang tua yang petani, membawa input (pengalaman) dan kebutuhan mereka ke meja diskusi untuk mencari jalan terbaik untuk membantu stakeholder yang lain maupun keperluan mereka sendiri. Sekarang, yang juga sangat mendukung prosesnya adalah kita sekalian mengimplementasikan PAKEM (Contextual Learning).

DANA gratis......

Kiat Mendapatkan Dana untuk Kegiatan Internet di Sekolah
Keadaan Indonesia


Dalam era baru ini banyak sekolah yang sudah melaksanakan proses Managemen Berbasis Sekolah telah mampu mengatasi permasalahan dana dan solusinya.

Yang penting sekarang adalah bagaimana kepala sekolah dan semua lingkungan sekolah tersebut bekerjasama untuk mencapai pengembangan sekolah yang diinginkan. Kuncinya adalah komunikasi yang terbuka dan transparan.

Jika Anda ingin mengembangkan fasilitas Internet di sekolah maka peralatan seperti komputer dan modem bukan merupakan hal utama. Masalah utama yaitu tersedianya proposal yang rasional dan jelas serta menguntungkan bagi siswa/i

Hal selanjutnya adalah cara mensosialisasikan proposal tersebut kepada semua lingkungan sekolah. Sebaiknya membentuk suatu "Tim Pengembangan Sekolah" termasuk didalamnya adalah wakepsek, guru, siswa/i, BP3, dan tokoh masyarakat.

Kalau semua lingkungan sekolah sudah memahami dan mendukung konsep tersebut tidaklah sulit untuk melaksanakan program "proyek" ini. Disebut "proyek" karena sekarang semua sekolah harus punya rencana pembangunan sekolah termasuk beberapa "proyek sekolah" yang bisa dihasilkan bersama-sama dengan lingkungannya secara mandiri.

Walapun keadaan ekonomi keluarga sekarang sedang susah namun kita harus tetap bertanggungjawab atas kebutuhan masa depan anak kita. Kalau orangtua siswa/i dan lingkungan sekolah percaya terhadap program tersebut (proyek sekolah) tentu mereka akan mendukungnya.

Jika kita hitung biaya peralatan komputer modem dsb sekitar lima juta Rupiah dan jumlah siswa/i sekitar 800 ratus orang, maka biaya yang dikeluarkan setiap keluarga adalah : Rp 6,250 .
Besarnya biaya tersebut dapat dikurangi dengan cara-cara berikut :
Adanya sebagian anggaran yang dialokasikan dari sekolah untuk proyek ini dan sekaligus membuktikan bahwa proyek ini penting bagi sekolah.
Mensosialisasikan proyek ini kepada dunia industri dan bisnis di daerah sekitar sekolah untuk mendapatkan sponsorship.
Siswa-siswi bisa mengumpulkan dana dengan cara mengadakan kegiatan-kegiatan yang menghasilkan uang seperti kegiatan bazar, dsb.
Dengan melakukan pinjaman dari bank tetapi ini merupakan pilihan terakhir.

* Sebaiknya membeli peralatan di toko di daerah sekitar sekolah supaya garansi yang didapat gampang digunakan dan mendapatkan bantuan untuk memasang fasilitasnya jika diperlukan. Untuk itu kenalilah personel atau pemilik toko dengan baik.

Internet dan Pendidikan

Internet dan Pendidikan

Indonesia terdiri dari 17,000 lebih pulau dan kira-kira ada 300 bahasa daerah yang masih digunakan. Krisis Ekonomi & Korupsi (Krisis Kepercayaan) sekarang semakin menunjukkan betapa pentingnya suatu komunikasi baik secara lokal maupun global. Komputer dan Internet sudah diterima sebagai alat yang penting untuk komunikasi dan bisnis di Indonesia, sehingga sekarang menjadi hal yang penting pula untuk pendidikan Indonesia yang sedang mengalami reformasi.

Awal dari milenium baru dan reformasi menjanjikan harapan untuk mempercepat perkembangan sektor pendidikan di Indonesia. Kunci utama yang memicu akan timbulnya harapan baru tersebut berjalan kearah desentralisasi, manajemen berbasis sekolah, dan pemberdayaan sekolah serta masyarakat untuk mempengaruhi hasil (outcomes) sekolah, juga kesatuan tujuan-tujuan dari semua sektor pendidikan.

Dimasa lalu telah dibentuk sistem komunikasi yang efisien dan efektif untuk menyebarkan informasi ke berbagai semua sektor di kalangan pendidikan. Desentralisasi pendidikan akan membutuhkan paradigma dan peran baru untuk administrasi pendidikan. Komponen utama dalam peran baru ini yaitu meliputi ; monitoring yang efisien, pengidentifikasian kebutuhan dan menempatkan sumber daya manusia dan sumber daya yang lain untuk menghadapi kebutuhannya. Pada umumnya masalah-masalah utama pendidikan berdasarkan sistemnya, dan sekarang potensi sumber daya manusia disemua sektor tidak dimanfaatkan secara penuh. Kebanyakkan penelitian dan pengembangan yang dimulai pada masa transisi baru ini seharusnya diarahkan pada pengembangan sitem komunikasi yang memberdayakan beberapa sektor pendidikan untuk membantu pengembangan dan arah masa depan pendidikan di Indonesia.
Sistem komunikasi

Penekanan penting akan memaksimumkan sumber daya manusia disemua sektor, berarti kita akan membutuhkan sisitem komunikasi yang sangat efektif. Apabila kita merespons pada kebutuhan fokus awal seharusnya lebih berdasarkan penerimaan informasi daripada penyebaran informasi. Hal ini hampir memutarbalikan peran jika dibandingkan dengan peran komunikasi administrasi pendidikan yang dulu.

Penelitian mengenai pengembangan sekolah secara jelas menunjukan salah satu cara yang paling efektif bagi sekolah yang ingin berkembang secara mandiri yaitu lewat berbagi (sharing) informasi dan ide-ide. Salah satu dukungan yang terbesar untuk pengembangan pribadi dan profesi kepala sekolah yang memanfaatkan proses pembaharuan yaitu komunikasi yang terbuka dan mendukung melalui forum rutin kepala sekolah. Melalui penyampaian masalah secara kolektif diantara rekan seprofesi sudah menghasilkan solusi yang efektif dan dapat direalisasikan.

Masukan (input) dan kontribusi langsung dari para pemegang peran (stakeholders) yang lain; siswa, orang tua dan anggota masyarakat juga memberikan informasi yang sangat membantu dan meningkatkan dukungan masyarakat bagi pengembangan sekolah. Jika obyektifitas utamanya adalah memaksimalkan pendidikan sumber daya manusia maka hal itu telah meningkatkan hubungan komunikasi kita dengan seluruh sektor lingkungan pendidikan dan para pemegang peran (stakeholders). Lagipula kunci utama untuk meningkatkan komunikasi harus terfokus pada saling berbagi komunikasi terbuka dan meningkatkan kesempatan untuk mendapatkan dukungkan dari segala bidang.

TEKNOLOGI dan Pendidkan????

Teknologi dan Pendidikan Sedang Mengalami Dikotomi

 Apakah pelajaran teknologi di sekolah adalah penting?

Tanggung jawab sekolah yang besar dalam memasuki era globalisasi adalah mempersiapkan siswa-siswi untuk menghadapi tantangan-tantangan yang sangat cepat perubahannya. Salah satu dari tantangan yang dihadapi oleh para siswa adalah menjadi pekerja yang bermutu.

Kemampuan berbicara dalam bahasa asing, kemahiran komputer dan Internet, dan kemampuan menggunakan program-program seperti Microsoft merupakan tiga kriteria utama yang pada umumnya diajukan sebagai syarat untuk memasuki lapangan kerja di Indonesia (dan di seluruh dunia).

Mengingat hanya sekitar 30% dari lulusan SMA di seluruh wilayah Nusantara ini yang melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi formal, dan dengan adanya komputer yang telah merambah di segala bidang kehidupan manusia, maka dibutuhkan suatu tanggung jawab yang besar terhadap system pendidikan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa dan kemahiran komputer bagi para siswa kita. Pelajaran teknologi adalah sangat penting dan semua sekolah adalah wajib untuk mengajar Teknologi Informasi Komunikasi (TIK).

Pendidkan melalui TV dan Internet????

Di Indonesia kebanyakan jenis teknologi yang digunakan untuk mengajar, dan disebut sebagi solusi pendidikan baru, biasannya bernasib sama seperti teknologi sebelumnya. Masing-masing di anggap sebagi "quick-fix" (solusi cepat) terhadap masalah-masalah pendidikan, dan akan membuat tugas guru dan lembaga pendidikan menjadi lebih ringan. Ini memang gambar yang diberikan oleh mereka yang akan dapat untung besar dari teknologinya, yaitu perusahan teknologi dan pedagangnya. Tetapi kenyataannya bagaimana? Biasanya guru-guru tidak punya cukup waktu atau cukup dukungan ataupun dana dari sekolah atau lembaga untuk memaksimalkan teknologinya. Misalnya papan tulis saja sering rusak dan tidak diganti, peraga dasar untuk mengajar masih kurang di kebanyakan sekolah, proyektor overhead kurang banyak dan sering rusak, cassette dan CD player biasanya kurang dan rusak, film dan video jarang digunakan (kalau ada), lab bahasa tidak dimanfaatkan dengan baik atau rusak, dll. Sering bahannya tidak ada.


Sekarang akses ke Internet yang disebutkan sebagai salah satu hal pendidikan utama. Kami sendiri percaya bahwa akses ke Internet adalah penting untuk siswa/i karena mereka perlu keterampilan menggunakan Internet dan komputer, tetapi bahan-bahan dan informasi di Internet yang bermutu di dalam bahasa Indonesia adalah sangat sedikit (misalnya). Kalau siswa/i tidak fasih atau mengerti bahasa Inggris, Internet hampir tidak berguna, kecuali sebagai hiburan. Biasanya Internet digunakan untuk chatting, lu/gue-gue/lu e-mail, pojok jodoh, dll. Coba ke Warnet, Mal dan Plaza setelah jam 13.30 dan lihatlah sendiri apa yang diakses oleh siswa/siswi. Di mana makna pendidikannya? Apakah ini solusinya?

Pemerintah Seharusnya Berperan Penuh Dalam Pendidikan

Rancangan Undang-undang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP) bertujuan untuk menggantikan peran pemerintah dalam mengelola sepenuhnya berbagai lembaga pendidikan yang terdapat di Tanah Air, kata seorang pakar.

"RUU BHP dapat dimaknai sebagai gejala privatisasi, karena terdapat unsur berkurangnya tanggung jawab negara terhadap bidang pendidikan," kata Direktur Institute for Education Reform (IER) Universitas Paramadina, Utomo Dananjaya, di Jakarta, Jumat.

Menurut Utomo, pemerintah seharusnya berperan penuh dalam pengelolaan pendidikan, apalagi Indonesia memiliki sekitar 200 ribu lembaga pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga pergurutan tinggi.

Ia juga berpendapat adanya gejala privatisasi ini dipengaruhi oleh gerakan liberalisasi dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

"Padahal, apakah ilmu pengetahuan itu layak untuk diperdagangkan?" katanya.

Utomo mengatakan permasalahan teknis yang muncul bila RUU BHP diberlakukan antara lain pengubahan status pemilik lembaga pendidikan seperti yayasan dan badan wakaf menjadi sebuah BHP.

Ketua Tim Perumus (Timus) RUU BHP, Prof Dr Anwar Arifin mengakui bahwa RUU BHP mendapat penolakan dari berbagai kalangan, seperti mahasiswa dan penyelenggara atau pengelola yayasan pendidikan.

Namun, lanjutnya, DPR berusaha memperhatikan aspirasi mereka dan menempatkan RUU BHP sebagai ketentuan hukum yang tidak merugikan mahasiswa dan penyelenggara pendidikan.

Anwar menegaskan, dalam RUU BHP, DPR menggariskan bahwa pendanaan bagi perguruan tinggi tidak bisa dilepaskan dari peran pemerintah melalui APBN.

"Negara tidak boleh lepas tangan terhadap pendanaan bagi penyelenggaraan pendidikan," tegasnya.

Untuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN), katanya, pemerintah harus tetap menyediakan pendanaan sekurang-kurangnya 2/3 dari seluruh dana operasional yang dibutuhkan setiap PTN. Sedangkan pungutan dari mahasiswa sebanyak-banyaknya 1/3 dari biaya yang dibutuhkan.

Rencananya, pembahasan mengenai RUU BHP akan dituntaskan pada masa persidangan DPR awal tahun 2008.

Kasus yang ada diatas nih adalah sebuah contoh bentuk dimana masalah yang sedang dialami indonesia dalam bidang pendidkan masih sangat menjamur 
biaya yang kadang juga menjadi masalah yang dimana dana yang diberikan masih belum mencukupi dan kadang banyak "tikus-tikus" nakal yang memakannya.
hehehee.....
sudah jadi tradisi juga ya....
Gimana mau sekolah kitanya?????